PERHITUNGAN NILAI Rd (Fouling Factor) DAN ΔP (pressure Drop) DESIGN DARI HEAT EXCHANGER EA 201 PABRIK UREA DEPARTEMEN PRODUKSI I

Nah kali ini saya akan bagikan pengalaman tugas saya pas waktu Praktek Kerja Nyata di PT. Petrokimia Gresik Oktober 2012 dahulu kala,, :D Kebetulan saya dulu di bagian Departemen Rancang dan Bangun,, Nah pembimbingku ngasih tugas aku buat mriksa HE yang ada di Plan Urea.. Seperti apa performanya, masih layak apa nggk... ini nih hasil utek2 aku tentang Heat Exchanger Petrokimia,,, cuuuus baca yah,, !!! Semoga bermanfaat dan bis adi jadikan referensi..

BAB I


PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Di dalam industri yang menggunakan proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah hal yang sangat sering dilakukan. Maka dapat dikatakan bahwa unit heat exchanger merupakan salah satu urat nadi proses di lingkungan industri yang sangat diperlukan sebagai sarana perpindahan panas. Salah satu contoh industri yang memanfaatan heat exchanger sebagai alat penukar panas adalah indutri pengolahan pupuk urea dengan bahan baku amoniak (NH3) dan gas CO2.
Pada industri pengolahan pupuk urea, salah satu kegunaan heat exchanger adalah pada tahap pemanasan. Tahap pemanasan menggunakan dua alat utama yaitu urea solution Tank (FA201) dan vacuum concentrator (FA 202 A/B). Heat exchanger digunakan sebagai alat pendukung untuk memanaskan atau meningkatkan suhu aliran yang akan diproses pada alat-alat utama tersebut. Salah satu heat exchanger yang digunakan pada tahap ini adalah pemanas untuk FA 202. Heat exchanger (EA-201) digunakan untuk memanaskan larutan urea yang keluar dari urea solution Tank (FA201). Larutan urea ini memiliki kandungan 0,8360% urea, 0,16% air dan 0,004% biuret. EA 201 digunakan untuk meningkatkan suhu larutan dari 96,7oC menjadi 136,1oC. Apabila temperatur lebih rendah akan menyebabkan pembentukkan padatan atau kristal urea pada pipa dan vessel, karena titik leleh urea pada tekanan desain alat adalah 138oC. Sedangkan jika suhu terlalu tinggi maka akan meningkatkan pembentukan biuret yang tidak diinginkan dalam proses ini. Sehingga performa perpindahan panas pada EA 201 sangat mempengaruhi produk urea yang dihasilkan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perpindahan panas pada heat exchanger (EA 201) adalah fouling factor (Rd). Koefisien transfer panas overallheat exchanger sering berkurang akibat adanya timbunan kotoran (fouling) pada permukaan transfer panas yang disebabkan oleh sedimentasi, karat dan sebagainya. Kotoran ini bisa terjadi pada permukaan kedua dinding. Fouling adalah akumulasi endapan  yang tidak diiinginkan pada permukaan perpindahan panas. Fouling dapat menyebabkan pengurangan cross sectional area (luas penampang melintang) dan meningkatkan pressure drop sehingga dibutuhkan energi ekstra. Fouling factor menandakan ketahanan suatu heat exchanger terhadap pengotor. Oleh karena itu, nilai fouling factor pada EA 201 adalah hal penting yang harus diperhitungkan dalam evaluasi heat exchanger 201(EA 201).

1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui tugas khusus ini adalah menghitung nilai fouling factor (Rd) dan Pressure Drop (ΔP) pada Heater EA 201 sehingga dapat mengevaluasi nilai Rd  dan ΔP design dari heat exchanger tersebut.

1.3 Ruang Lingkup
Dalam pengerjaan tugas khusus ini, perhitungan yang dilakukan mencakup perhitungan fouling factor dan Pressure Drop pada HE 201. Data-data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data desainserta data aktual, dimana keduanya saling melengkapi. Data tersebut diperoleh dari DCS Pabrik I bagian Produksi Urea.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

       Heat Exchanger (HE) adalah alat pemindah panas yang terkandung dalam suatu  fluida satu ke fluida lain yang membutuhkan panas. Alat pemindah panas sangat dibutuhkan sekali dalam suatau proses produksi didalam suatu pabrik yang banyak menggunakan panas. Sehingga perlu didiesain agar mendapatkan spesifikasi yang tepat didalam suatu perpindahan panas, namun ada juga alat pemindah panas  tersebut sudah tersedia sehingga perlu adanya evaluasi agar penggunaan bisa optimal.
       Dengan demikian pada dasarnya terdapat dua macam perhitungan yang berkaitan dengan alat penukar panas, yaitu bersifat:
a.    Evaluasi analisis, yaitu perhitungan yang ditunjukkan pada HE yang sudah ada.
b.    Desain, yaitu perhitungan  yang menghasilkan dimensi alat pemindah panas yang sesuai dengan kondisi proses dan operasi yang ditentukan,
Kriteria yang harus dipenuhi oleh alat pemindah panas,  adalah:
Ø Mampu memindahkan panas sesuai dengan kebutuhan proses pada keadaan kotor (bublly fouled) yang dinyatakan dalam dirty factor (Rd) dihitung, seperti persamaan:



            
Keterangan:
Uc  = tahanan panas dalam keadaan bersih, (Btu/jam.ftoF)
Ud  = tahanan panas dalam keadaan kotor (Btu/jam.ftoF)
Rd  = dirt factor (jam.ft2.oF/Btu)
hio = koefisien perpindahan panas dalam pipa berdasarkan diameter luar dari pipa
 ho = koefisien perpindahan panas individual dalam tube
 A = luas perpindahan panas
 ∆t = perbedaan temperatur yang sebenarnya
(Donald Q Kern.1950)
     Ketetapan fouling faktor untuk air adalah antara 0,001 - 0,002 Btu/h.ft2.oF
         (www.gewater.com/handbook/cooling_water_systems/21/09/2012)
Ø Presurre drop (P) untuk masing-masing aliran tidak melebihi batas yang ditetapkan atau tergantung dari sistem atau alat penggerak media yang digunakan. Kriteria pressure drop tersebut adalah:
-          Maksimal 10 psi untuk aliran liquida
-          Maksimal 1,5-2 psi untuk aliran gas atau uap.
       Bagian dari Shell and Tube Exchanger adalah Shell yang merupakan tempat kumpulan pipa yang disusun dalam bentuk segiempat(square) atau dalam bentuk segitiga (triangle). Sedangkan tube adalah pipanya.

Alat penukar panas (heat exchanger) dibedakan menjadi :
1.      Penukar panas pipa ganda (double pipe heat exchanger)
Alat penukar panas pipa ganda terdiri dari dua pipa yang konsentris yang ujung-ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak-kotak penyekat. Alat penukar panas jenis ini digunakan sebagai alat pemanas atau pendingin bila diinginkan laju alir yang kecil dan tekanan tinggi. [2]








Gambar 1.3 Double pipe heat exchanger
2.      Penukar panas tipe shell dan tube (shell and tube heat exchanger)
Alat penukar panas tipe shell dan tube terdiri dari selongsong pipa yang dihubungkan paralel dan ditempatkan dalam sebuah tube. Media satu mengalir di dalam pipa (shell), sedangkan media lainnya mengalir di luar pipa (tube) dengan arah yang sama, berlawanan atau bersilangan. Alat penukar panas jenis ini sering dijumpai sebagai pendingin, kondensor, dan alat penguap. [2]





Gambar 1.3Shell and Tube
Keuntungan Shell and Tube Heat Exchanger adalah range luas perpindahan panas besar. Sehingga memungkinkan untuk perpindahan panas yang lebih besar. Kerugiannya harga lebih mahal dari Double Pipe Heat Exchanger dan kadang-kadang tidak cocok untuk aliran gas.
Berdasarkan arah aliran fluida dingin dan panas yang mengalir dapat kita kenal dua macam pola aliran, antara lain :
1.      Aliran searah (co-current)
Aliran searah adalah suatu aliran dimana kedua fluida masuk dari ujung yang sama pada alat penukar panas dan mengalir dengan arah yang sama menuju ujung lainnya. Aliran ini biasa digunakan dalam kondisi khusus, dimana suhu maksimum fluida dingin perlu dibatasi atau suhu salah satu fluida harus diubah dengan cepat.
(Mc Cabe, Warren L, dkk. 1999)
∆TLMTD =                                 (Donald Q Kern.1950)
Dimana :
T1               = suhu pada air panas yang masuk
T2               = suhu pada air panas yang keluar
t1                = suhu pada air dingin yang masuk
t2                     = suhu pada air dingin yang keluar
∆TLMTD      = logaritma perubahan suhu








Gambar 1.4  Aliran co-courent
(Mc Cabe, Warren L, dkk. 1992)


2.     Aliran berlawanan arah (counter current)
Aliran berlawanan arah adalah suatu aliran dimana fluida yang satu masuk pada satu ujung penukar panas, sedangkan fluida yang lain masuk pada ujung yang lain dan masing-masing fluida mengalir dengan arah yang berlawanan.
(Mc Cabe, Warren L, dkk. 1999)
∆TLMTD =                                                                 (Donald Q Kern.1950)
Dimana :
T1               = suhu pada air panas yang masuk
T2               = suhu pada air panas yang keluar
t1                = suhu pada air dingin yang masuk
t2                     = suhu pada air dingin yang keluar
∆TLMTD      = logaritma perubahan suhu



                                      
                                                     

                                                                 

Gambar 1.5  Aliran counter – current
(Mc Cabe, Warren L, dkk. 1999)
Koefisien pindah panas digunakan dalam perhitungan pindah panaskonveksi atau perubahan fase antara cair dan padat. Koefisien pindah panas banyak dimanfaatkan dalam ilmu termodinamika dan mekanika serta teknik kimia.
h =
di mana:
ΔQ =  panas yang masuk atau panas yang keluar, W
h   =  koefisien pindah panas, W/(m2K)
A   =  luas permukaan pindah panas, m2
ΔT = perbedaan temperatur antara permukaan padat dengan luas permukaan  
kontak dengan fluida, K.
Untuk aliran fluida pada pipa melingkar yang lurus dengan bilangan Reynolds antara 10000 dan 120000, ketika bilangan Prandtl di anara 0.7 dan 120, untuk titik yang jaraknya lebih dari sepuluh kali diameter pipa dan ketika permukaan pipa halus secara hidrolik, koefisien pindah panas antara fluida dan permukaan pipa dapat diekspresikan sebagai:
h =
di mana:
kw    = konduktivitas termal fluida
DH   = Di = diameter hidrolik
(http://id.wikipedia.org/wiki/Koefisien_pindah_panas)
Panas keseluruhan koefisien perpindahan(overall coefisient heat transfer)
adalah ukuran dari kemampuan keseluruhan dari serangkaian hambatan konduktif dan konvektif untuk mentransfer panas. Hal ini umumnya diterapkan pada perhitungan perpindahan panas dalam penukar panas.
Untuk kasus penukar panas, U dapat digunakan untuk menentukan perpindahan panas total antara dua aliran dalam penukar panas oleh hubungan berikut:
q = U A Δ T LMTD
dimana:
q = kecepatan transfer panas (W)
U = koefisien perpindahan panas keseluruhan (W / (m² ° K))
A= luas permukaan (m 2)
Δ T L MTD = logaritma perubahan suhu (K)
       Dalam operasi sebenarnya, permukaan perpindahan panas tidak dapat bersih selamanya. Kerak dan kotoran dapat terbentuk pada salah satu atau kedua permukaan tabung, sehingga menyebabkan adanya tahanan tambahan terhadap aliran panas dan akibatnya koefisien menyeluruh akan bertambah kecil.
(Mc Cabe, Warren L, dkk. 1999)        
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN


3.1    Spesifikasi Alat
Spesifikasi Heat Exchanger EA 201 disajikan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 dibawah ini:
Spesifikasi Heat Echanger EA 201:
Sheel per unit              : 1
Surface per shell          : 128 m2
Type                            : V-BEM
Size                              : 3000-6000 mm
Weight per sheel          : Unit = 3200kgf – full water 5000 kgf
Baffle cut                    :21,5 % ; Baffle spacing = 4 in
Jumlah tube                 : 779
Tabel 3.1.1 Performansi Heat Exchanger EA 201
Fluid Allocation
Shell Side
(Outlet Steam)
Tube Side

(Outlet Vacuum Concentrator FA201)
Fluida
Steam
Urea Solution
Total laju alir massa (kg/jam) (desain)
-
69953
Temperatur (oC) (in/out)
143/143
96,7/136,1
Tekanan operasi (kgf/cm2g)
4,17
-1,0


Tabel 3.1.2 Konstruksi Heat Exchanger EA 201
Karakteristik
Shell Side
Tube Side
Tekanan desain (kgf/cm2g)
8,0
1,75
Hydro Test Preasure (kgf/cm2g)
12
2,7
Jumlah laluan
1
1
Corrosion allowance (mm)
Risulation (nm)
Joint Efficiency
Number of Pass per Shell
3
90
0,85
1
0
75
0,85
1
Dimensi (mm)
ID = 1000 mm
Panjang = 6000 mm;
OD = 25,4;
Pitch = 32 mm
ID = 22,098 mm;
Susunan
-
Triangular
(flow angel 90o)

a.        Perihitungan Neraca Masa dan Energi

Tabel 3.1.3 Data Desain
Komponen
&
Kondisi
Media
Urea Solution
Steam
(in)
Condensat
(out)
18
(in)
18’
(out)
Urea (kg/h)
-
-
0,836
0,836
H2O (kg/h)
-
-
0,16
0,16
Biuret (kg/h)
-
-
0,004
0,004
T (oC)
143
143
96,7
136,1
Berdasarkan data desain diatas, flowrate pada aliran 18 adalah sebagai berikut:
Komponen
Fraksi Massa (%wt)
Massa
(kg/hr)
Massa
(lb/hr)
Urea (CH4N2O)
83,60
58480
128925,008
Air (H2O)
16,00
11193
24676,088
Biuret (C2H5N3O2)
0,40
280
617,288
Total
1
69953
154218,384
Neraca massa pada aliran 18 dan 18’ bernilai sama, sedangkan untuk mengetahui flowrate steam dan kondensat harus menggunakan neraca energi. Dengan mengasumsikan isolator yang digunakan pada HE merupakan isolator sempurna. Maka efisiensi pertukaran panas dianggap 100%, sehingga Qserap=Qlepas.
Nilai Heat capasity (cp) untuk masing-masing komponen murni dengan referensi literatur Coulson sebagai berikut:
              Tabel 3.1.4 Heat Capacity of the element, J/moloC


Heat  Capasity Cp dari masing-masing Urea solution dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut:

Ø Urea (CH4N2O)
Atom
n
Molelcular Weight (kgmol/kg)
Total Molecular Weight (kgmol/kg)
Cp mol Solid (kJ/kgmoloC)
Total Cp mol (kJ/kgmoloC)
C
1
12
12
7,5
7,5
H
4
1
4
9,6
38,4
O
1
16
16
16,3
16,3
N
2
14
28
26
52
Total
-
60
-
114,2
Heat Capasity in massa (kJ/kgoC)
1,903
Ø Air (H2O)
Atom
n
Molelcular Weight (kgmol/kg)
Total Molecular Weight (kgmol/kg)
Cp mol Liquid (kJ/kgmoloC)
Total Cp mol (kJ/kgmoloC)
C
0
12
0
11,7
0
H
2
1
2
18
36
O
1
16
16
25,1
25,1
N
0
14
0
33,5
0
Total

18

61,1
Heat Capasity in massa (kJ/kgoC)
3,394


Ø  Biuret (C2H5N3O2)
Atom
n
Molelcular Weight (kgmol/kg)
Total Molecular Weight (kgmol/kg)
Cp mol Solid (kJ/kgmoloC)
Total Cp mol (kJ/kgmoloC)
C
2
12
24
7,5
15
H
5
1
5
9,6
48
O
2
16
32
16,3
32,6
N
3
14
42
26
78
Total

103

173,6
Heat Capasity in massa (kJ/kgoC)
1,685
           
Sehingga didapatkan Heat Capasity campuran dengan mengalikan Heat Capasity masing-masing senyawa atau komponen dengan fraksinya. Sehingga hasilnya sebagai berikut:
Komponen
Fraksi Massa (%wt)
Massa
(kg/hr)
Heat Capacity Campuran
Urea (CH4N2O)
0,8300
1,903
1,57945
Air (H2O)
0,1600
3,394
0,54304
Biuret (C2H5N3O2)
0,0040
1,685
0,00674
Total Capacity Campuran (kJ/kgoC)
2,12927
Total Capacity Campuran (bTU/lboF)
0,50691

            Sehingga kalor/panas yang diserap poleh aliran utama (larutan urea pada steam 18 dan 18’) sebesar Q1 yang dapat didefinisikan sebagai kalor sensible, dimana:
Q1 = m1Cp1dt
Diketahui dari data:
m1 (massa flow/jam)    = 69.953 kg/jam
                                    = 154.218,3838 lb/jam
Cp1 (Cp campuran)     = 0,50691 bTU/lboF
tin  (t18) = 96,7oC                tout  (t18’) = 136,1oC
             = 206,06oF                            = 276,98 oF
Ø  tc    =
             = 241,52 oF
Ø  dt  = t18’- t18
 = 70,92 oF
Q1 = m1Cp1dt
      = 154.218,3838 lb/jam x 0,50691 bTU/lboF x 70,92 oF
      = 5.544.159,719 btu
Neraca energi -----> Q1 = Q2
Q1 = m2 x λ
            Perhitungan kalor laten (λ) pada steam menggunakan steam table untuk steam jenuh. Suhu steam masuk (t1)= 143
Suhu steam (Tin)  = 143oC               Suhu kondensat (Tout) = 143oC
                             = 289,4oF                                              = 289,4oF
tc   =
     = 289,4 oF
Dari buku Smith Vanes didapatkan nilai λ :
T(oF)
λ (btu/lb)
285
921
290
917,4








Dilakukan interpolasi untuk mendapatkan λ pada suhuu 289,4 oF.
λ  =
     = 917,832
m2 =
     =
     = 6040,4951 lb/jam
b.        Menghitung LTMD (Log Mean Temperature Difference)
t1  = Tin-tout                            t2 = Tout-tin                                 
       = 289,4-276,98                         = 289,4-206,06
       = 12,42                                     = 83,34   
LMTD =
           =
             = 37,26 oF
Ft          = 1 (karena proses isothermal).
t         = Ft×LMTD
             = 1×37,26
             = 37,26
c.         Menghitung Suhu Cloric (Tc dan tc)
Tc =
     =
     =289,4 oF
tc  =
     =
     = 241,52 oF
d.        Perhitungan Propertis Bahan
            Viscositas urea solution diperoleh data Yaws 2002. Viscositas campuran tidak dipengaruhi oleh biuret (wt% = 0,40 << 1%).
Tabel 3.1.5 Data Viscocity Komponen Urea Solution
Komponen
A
B
C
D
Urea
-1,7534
8,42E+02
-8,24E-13
5,47E-16
Water
-10,2158
1,79E+03
1,77E-02
-1,26E-05
Biuret
-
-
-
-
ln   = A + B/T + CT + DT2
Suhu yang digunakan adalah suhu kalorik dalam satuan Kelvin,
Tc = 289,4 oF ------>Tc = 415,928 K
Viscositas urea (wt% = 83,60)
  η = 10^{-1,7534+(8,42E+02/415,928)+(-8,24E-13×415,928)+(5,47E-16×415,9282)}
                   = 1,87 cp
Viscositas water (wt% = 16,00)
  η  = 10^{-10,2158+(1,79E+03/415,928)+(1,77E-02×415,928)+(-1,26E-05×415,9282)}
                    = 0,18 cp
Jadi Cp campuran sebesar :
Komponen
A
B
C
k(watts/m2.(oC/m)
urea
0,2888
1,13E-05
-4,55E-07
0,2176
water
-0,2758
4,61E-03
-5,54E-06
0,6838

Kondutivitas Campuran = (%mol urea x k urea) + (%mol water + k water)
                                       = 0,16831

       Thermal Conductivity larutan urea campuran didekati dengan thermal conductivity air, karena suhu operasi yang masih dibawah titik didih urea  sehingga urea dan biuret yang ada masih dalam fase solidnya, k larutan urea = 0,338 btu/ h.ft2.(oF/ft).
e.    Trial UD dan Menentukan Ids
            Penentuan besar UD berdasarkan nilai viskositas campurannya. Dimana urea solution merupakan cold fluid dan steam sebagai hot fluid.
Tabel 3.1.6 Penentuan UD berdasarkan sifat fisik dan kimia fluida
            Cold fluid memiliki viskositas > 1 cP merupakan Heavy Organic, sehingga Overall UD adalah kisaran 6-60.
    =
    = 4133,2377 ft2
      =
    = 795,3536   --- > 795 tubes
Ids                   = 31
N                     = 1          Dari tabel 9. Kern
Nt stanndart    = 766
Ud koreksi      =

                        = 37,3629                                         
Kesimpulan sementara:
Bagian shell
Bagian tube
IDs   =
39
d0      =
1
l =
19,85
n'      =
1
BWG =
16
Nt =
766
B liq =
4
n        =
1
Pt =
1,25




De     =
0,72
Kern: 838, triangular


di       =
0,87








a'       =
0,594
dari Kern hal:843



a"      =
0,2618

























f.     Evaluasi Perpindahan Panas
Evaluasi Perpindahan Panas
Bagian Shell (steam)
Bagian Tube ( Urea Sollution)
1.     Menghitung Nre

as =                  = 0,21667

Gs =           = 27879
       η  = 0, 015

Nres =              = 46081,34

2.     JH = -
3.     ho = 1500




1’. Menghitung Nre  

    aP  =               = 3,15975

Gt =           = 48807,147
     η  = 0,25 

Nret =              = 5848,7904

2’. JH = 37 (Kern. Fig 24)
3’. ɸs = (µ/µw)0,14 =1
     karena harga µw~ µw sehingga,

 = 51,199457


                                  = 44,5435


= 43,2589

4.     Mencari tahanan panas pipa bersih (Uc)

                             = 43,2589

5.     Mencari dirty factor (Faktor pengotor)

                               = 0,00365
                               = 0,00064 m2oC/W
(Rd perhitungan masih dalam range 0002-0.00067 m2oC/W. Sehingga hasil evaluasi nilai  fouling factorHeat exchanger 201 sesuai dengan standar design)

g.    Evaluasi Pressure Drop
Evaluasi Pressure Drop (P)
Bagian Shell (steam)
Bagian Tube ( Urea Sollution)
1.     Menghitung Nre dan friksi

                      = 46081,34

Jadi, f = 0,0024 (Kern, fig 29)
2.     Menghitung harga (N+1)
    (N+1) = (12.L)/B
             = 59,055
    Passes N+1 = 118,11
    Sg air = 1 (Kern, fig



           = 0,2286 < 10 psi
P perhitungan lebih kecil daripada P ketetapan yaitu 10 psi, sehingga pressure dropnya memenuhi)


1’. Menghitung Nre dan friksi

Nret =              = 5848,7904

Jadi, f = 0,00032 (Kern fig 26)
2’. Menghitung P karena panjang pipa

                                             0,00397

3’. Menghitung P karena tube passes

                         0,00024


    0,0007224


                              0,0047 < 10 psi
P total perhitungan lebih kecil daripada P ketetapan yaitu 10 psi, sehingga pressure dropnya memenuhi)


3.2    Hasil Perhitungan
   Tabel 3.2.1 Hasil Perhitungan Heat Exchanger 202
Fluid Allocation
Shell side
Tube side
Hot fluid
Cold fluid
Temperatur (in/out), oF
143
143
96,7
136,1
∆Tlm , oF
37,26
Viskositas, Cp
0,015
0,25
Konduktivitas Thermal   (Btu/(hr ft2)(oF/ft))
0,01645
0,13168
Panas pertukaran, (kcal/h)/(kJ/h)
1004842,602
Koefisien perpindahan panas, (Btu/hr ft2oF)
1500
21,431
Tahanan panas pipa bersih (Uc)

(Btu/hr ft2oF)
43,2589

Tahanan panas (Ud) (Btu/hr ft2oF)
17,66899
Luas perpindahan panas, m2
4133,2377
Fouling factor, (ft2oh/Btu) /  m2 oC/W
0,00365/0,00064




















3.3  Pembahasan
Ø  Heat exchanger 201 berfungsi untuk meningkatkan suhu urea solution yang keluar dari FA 202 B dan menuju FA 203. Aliran input yang ingin dinaikkan suhunya oleh heat exchanger 202 adalah urea solution yang keluar dari FA 202 B. Urea solution ini dimasukkan ke bagian tube dari heat exchanger. Sedangkan pemanas yang digunakan adalah steam yang dialirkan di bagian shell.
Ø  Berdasarkan nilai hio dan ho yang didapatkan maka ditentukan nilai tahanan panas pipa bersih (Uc) dan didapatkan sebesar 43,2589 Btu/hr ft2oF. Nilai Ud terkoreksi dan  Uc digunakan untuk menghitung nilai fouling factor. Nilai fouling factor dapat dijadikan indikator apakah suatu heat exchanger memiliki rentang waktu maintenance yang singkat atau panjang. Jika nilai fouling factor lebih kecil dari nilai fouling factor ketentuan maka rentang waktu maintenance akan singkat sehingga dapat meningkatkan biaya perawatan yang harus dikeluarkan oleh suatu pabrik. Sedangkan jika nilai fouling factor lebih besar daripada nilai fouling factor ketentuan maka rentang waktu maintenance akan panjang, akan tetapi heat exchanger yang didesign bersifat overdesign sehingga mengakibatkan besarnya investasi yang harus dikeluarkan. Nilai fouling factor yang baik untuk heat exchanger adalah yang masuk dalam rentang ketentuan sehingga luas permukaan panas yang dibutuhkan dapat terpenuhi dengan baik dan biaya investasi lebih efisien. Nilai fouling factor yang didapat dari perhitungan sebesar 0,00064 m2oC/W. Nilai ini masih berada dalam rentang fouling factor ketetapan untuk steam condensat yaitu sebesar


 0.0002-0.00067 m2oC/W. Sehingga hasil evaluasi nilai fouling factor


heat exchanger 201 sesuai dengan standar design.
Ø   Presurre drop (P) untuk masing-masing aliran tidak boleh melebihi batas yang ditetapkan atau tergantung dari sistem atau alat penggerak media yang digunakan. Kriteria pressure drop tersebut adalah:
-          Maksimal 10 psi untuk aliran liquida
-          Maksimal 1,5-2 psi untuk aliran gas atau uap.
Dari perhitungan didapatkan Pressure drop (∆P) untuk shell (steam) sebesar 0,2286 psi dan pada tube (urea solution) sebesar 0,0047 psi. Jadi dari nilai ini alat penukar panas sudah layak, karena Pressure drop (∆P)  lebih kecil dari Pressure drop (∆P) ketetapan (10 psi).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Semakin kecil nilai fouling factor heat exchanger daripada fouling factor ketentuan maka rentang waktu maintenanceheat exchanger semakin singkat yang mengakibatkan biaya untuk maintenanceheat exchanger semakin besar .
2. Semakin besar nilai fouling factor heat exchanger daripada fouling factor ketentuan maka rentang waktu maintenanceheat exchanger semakin panjang, akan tetapi biaya investasi alat lebih mahal.
3. Nilai fouling factor yang didapat dari evaluasi designheat exchanger 201 di pabrik urea sebesar 0,00064 m2oC/W.
4. Nilai fouling factor yang didapat dari evaluasi design berada dalam rangefouling factor standar yaitu berkisar antara 0,0002-0,00067 m2oC/W, sehingga dapat dikatakan design heat exchanger sudah sesuai dengan design standard.
5.  Pressuere drop semakin kecil maka akn menurunkan performa dari               heat exchanger.
6.    Nilai Pressuere drop yang didaptkan dari evaluasi designheat exchanger 201 di pabrik urea 0,0047 psi.
7.    Nilai Pressuere drop yang didapat dari evaluasi design berada dalam Pressuere drop standar yaitu berkisar antara 10 psi, sehingga dapat dikatakan design heat exchanger sudah sesuai dengan design standard.
4.2    Saran
1.    Sebaiknya hasil perhitungan evaluasi nilai fouling factor dari design heat exchanger 201 dapat dibandingkan dengan nilai fouling factor yang didapatkan dari data aktual, sehingga dapat diketahui performa heat exchanger saat ini.
2.    Sebaiknya hasil perhitungan evaluasi nilai Pressuere drop dari design heat exchanger 201 dapat dibandingkan dengan nilai Pressuere drop yang didapatkan dari data aktual, sehingga dapat diketahui performa heat exchanger saat ini.



DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2012. Penukar panas.               
            Diakses tanggal 20 Juli 2012

Coulson’s and Richardson’s. 2002. Chemical Engineering vol 6, 3th Edition. Butterworth Heinemann. Oxford.

Ekadewi, A.H. 2009. Pengaruh Kecepatan Aliran terhadap Efektifitas Shell and Tube Heat Exchanger.
http://puslit.petra.ac.id/journal/mechanical.
Diakses pada tanggal 20 Juli 2012 .

Geankoplis, J. C. 1983. Transport Process And Unit Operation,3thEdition. Prentice Hall. New Jersey.

Haryanto, B., 2007. Buku Ajar Perpindahan Panas.                                                 
                  http://usulearning/perpindahanpanas/textbook.
            Diakses pada tanggal 20 Maret 2009

Kern,  D.Q. 1983. Process Heat Transfer.  McGraw Hill Book Company.  New York.
 

Komentar

  1. bisa minta file nya nggak?

    BalasHapus
  2. Kalau boleh tau cara mencari ho untuk steam bagaimana ya?

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Boleh saya tau buku apa yg menjadi acuan anda mengenai materi ini

    BalasHapus
  5. Kami adalah perusahaan yang khusus menjual produk Pelumas/Oli dan Grease/Gemuk untuk sektor Industri.

    Oli yang kami pasarkan diantaranya untuk aplikasi : Diesel Engine Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil, Circulating & Bearing, Heat Transfer Oil, Slideway Oil, Turbine Oil, Trafo Oil, Metal Working Fluid, Synthetic Oil, Corrosion Preventive, Wire Rope, Specialities Oil dan aneka Grease/Gemuk.

    Kami menjadi salah satu perusahaan yang dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan pabrik-pabrik besar di Indonesia, termasuk kebutuhan akan pelumasan khusus.
    Prinsip kami adalah selalu mengembangkan hubungan jangka panjang kepada setiap customer. Bila anda butuh info lebih lanjut, silahkan menghubungi kami.

    Mobile : 0813-1084-9918
    Whatsapp : 0813-1084-9918
    name : Tommy. K
    Email1 : tommy.transcal@gmail.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAGNESOL (Magnesium Silikat)

PRODUKSI METIL ESTER (BIODIESEL) DARI BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA) MELALUI METODE TRANSESTERIFIKASI IN SITU DENGAN VARIASI RASIO CO-SOLVENT THF (TETRAHIDROFURAN) DAN WAKTU REAKSI